Pernah berada diposisi orang yang diisolir dengan sengaja. Dijauhkan karena perbedaan yang tidak terlalu penting bagiku. Ya, lagi-lagi karena pakaian yang kukenakan. Apa yang salah dengan pakaianku? Waktu itu, aku memakai pakaian yang menurutku sudah menutup aurat, namun mungkin menurut mereka, ada cacat pada jilbabku. Jilbabku terlalu tipis, tidak begitu lebar tapi sudah menutup dada. Apa hanya karena jilbab tipisku, mereka dengan tega memposisikan diriku sebagai orang yang terisolir?
            Kak, melalui tulisan ini, adikmu ini ingin menyampaikan sesuatu yang hingga saat ini membekas karena perlakuanmu. Aku sudah mencoba melupakannya, tapi aku tiba-tiba teringat kejadian 2 tahun lalu karena baru-baru ini ada seseorang yang menceritakan bahwa ia sakit hati diperlakukan seolah-olah tidak ada, padahal ia ada dalam forum itu.
            Kak, kurasa cukup aku saja yang diperlakukan seperti itu. Tidak perlu melakukannya pada orang lain juga. Kakak tahu tidak? Kenapa bayi manusia yang baru lahir tidak langsung bisa berjalan seperti anak ayam yang baru menetas atau bayi kucing yang baru lahir? Rupanya Allah sengaja membuat skenario seperti itu pada manusia. Allah ingin mengenalkan kita pada sebuah proses. Proses pembentukan diri menjadi insan yang didambakan surga.
            Kak, bukankah menjadi baik itu perlu proses? Boleh saja kita memaksa orang lain agar berpenampilan syar’i layaknya dirimu. Tapi, perlu dipahami. Bahwa kebaikan yang terlahir dengan cara dipaksa akan terlahir dalam keadaan prematur. Kebaikan prematur tidak akan bersifat permanen. Berbeda halnya, dengan kebaikan yang berproses, bertahap, pelan dan tidak dipaksa. Tentu, akan jauh lebih indah. Karena pada realitanya, sudah banyak wanita yang melepas jilbab syar’inya ketika ia sudah berada di tempat lain dimana di tempat itu tidak ada seseorang yang memaksanya memakai jilbab. Bukankah ini lebih menyakitkan, Kak? Mereka adalah saudara kita yang dulunya kau paksa-paksa untuk mengenakan jilbab syar’i.
            Kak, maaf jika tulisan ini terkesan menggurui. Tidak ada maksud untuk mengguruimu. Aku hanya ingin kau mendengar keluhan adik-adikmu. Kak, kita semua ingin sepertimu. Menjadi perempuan anggun dalam pandanganNya. Biarkan kami berproses menuju kebaikan yang hakiki. Kami ingin merasakan manisnya proses itu. Jangan campakkan kami jika langkah adik-adikmu ini terlalu lambat menuju kebaikan tersebut. Rangkul kami dan arahkan kaki kami. Kak, jangan sakit hati karena tulisan ini ya. Semoga Allah berkenan mengistiqomahkan setiap langkah kita. Aamiin.

Kejadian 2 tahun lalu, cukup aku saja yang merasakan.